Kamis, 21 Juli 2011

Ketika Tegar pulang kampung.. sebuah cerpen..

" ada nuansa berbeda mlm ini, aku dan istriku begitu bahagia, andai akutak malu, pasti akan aku sampaikan pada satu dusun, bahwa anak pertamaku baru pulang dari merantau, lebih spesifik baru pulang dari menuntut ilmu; kuliah. baru malam ini kami dikumpulkan lagi, aku begitu bahagai, formasi keluarga kami kembali lengkap, makan berempat. uminya menyiapkan makann kesukaanya, ikan asin dan lengkap dengan sambal ulek yg diberi kesegaran jeruk nipis, serta sayur santan pucuk ubi dan kacang panjang, dia begitu lahap, katanya balas dendam dan rindu sama masakn umin, setelah sholat isya, dia minta izin untuk memijit punggungku, wah kebetulan sekali aku sedang kelelahan , lalu dia mengeluarkan sebentuk botol yg bening dilengkapi dgn alat penghisap udara, kulit punggungku naik beberapa senti, memerah dan serasa menyedot angin dari tubuh lelahku, setelah itu selesai aku rasakan kebugaran, lalu ia jelaskna bahwa sebagian uang makannya diperoleh dari jasa kesehatan seperti itu, ia namakan itu kegitan bekam" mengeluarkan darah kotor sesuai dengan yg diajarkan rosulullah saw, wah banyak hal baru yg anakku lakukan dirumah ini, satu hal yg membuatku begitu tdk percaya, bahwa akhlaknya semakin baik, besok pagi ia ingin membantu ibunya memanen cabe bibi tuti, ibunya sampai meneteskan airmata, dan sorenya ia ingin membantu aku merawat pohon karet yg baru seminggu aku tanam di kebun yg baru kupancahi (red: tebas).






tiga hari berlalu, aku selalu tersenyum jika melihatmnya, ini adalah kali kedua dia pulang dari merantau, di rantau org dia sudah kuliah, padamulanya dia bekerja serabutan, yg penting dapat makan, namun disela-sela kebingungannya mencari uang untuk kebutuhannya ia melukis sketsa wajah dikeramaian pasar, nah kebetulan ketika itu dia mendapat musibah ditabrak mobil, untungnya tidak begitu parah, hanya memar dibagian lutut kiri dan tangan kanan yg lecet sedikit, org itu bertanggung jwb, dan menanyakan keadaanya, nah dari situlah bermula kisah kemakmuran hidupnya dirantau, dia dapat kan induk semang, yg kaya, mefasilitasi kemampuan lukisnya, mulai dari cat, galeri lukisan dan sebagainya, alhamdulillah dia sudah mandiri, meskipun masih pas-pasan, tapi uang kuliah dari spp hingga makan sehari2nya tak lagi uminya khawatirkan , , entah siapa yg telah membuatnya berubah, trimakasih ya Allah....

hpnya sering berdering, lalu beberapa menit kemudian datang teman2nya, berjenggot tipis, baju koko atau kemeja polos lengan panjang, penampilan yg begitu sejuk dipandang, ada juga yg membawa perempuan berkerudung panjang dan lebar, kata anakku itu si Jefri, sudah menikah di semester 4, lalu kata anakku dia ingin cari istri yg solehah, ya ciri2nya paling tdk ya berkerudung besarlah, ... yah begitu lah kata anakku, kadang juga dia minta izin untuk mengadakan semacam diskusi, apa tuh ya dia sebut Qilo, li Li, liqo, ya liqo.. aneh baru saja aku dengar istilah seperti itu,

n suatu hari ia cerita bahwa induk semangnya yg di rantau pernah menawarkan untuk menikahi anak putrinya yg baru lulus dari SMA ternama dikota itu, kata Tegar anaknya memang pintar, cerdas, tapi sayang pemahamannya juga belum sma dengannya, dan dia lagi2 menggunakan istilah asing, belum di tarbiyah yah, jadi tegar gak mau nerima, " trus reaksi dari ortunya gimana?" tanyaku
ortunya ya gak apa sih, cuma dia ingin tetap bisa menjalin silaturahmi yg baik dengan tegar, " jwb anakku. suatu malam ia kelihatan gelisah sekali, nampak tergambar raut kekhawatiran di wajahnya, " apa yg kau khawatirkan nak?" dia tak menjawabya dengan jelas, cuma dia bilang bahwa seorang ustadz akan datang malam ini, ingin bicara serius dengan ayah.."


aku persilahkan ustadz itu untuk duduk diruang tamu, hampir dua jam dia berbica denganku, dimuali dari basa basi, trus mulai masuk pada sebuah keinginan inti dan terakhir dai berargumen menjawab sangahan2ku. " nikah dini, ustadz? aku sedikit terkejut.. benarkah keinginan anakku ini?

masih berkecamuk aku belum bisa berbicara dengan nya terkait hasratnya untuk menikah muda, mengapa kau ingin nikah muda nak?
kudengarkan argumennya, hampir tak jauh beda dengan apa yg disampaikan oleh ustadznya, dia ingin menjaga pandangn, ingin memilik kekasih yg halal ditengah arus budaya barat yg menggerogoti pemuda indonesia,
lalu dia menyakinkan aku, hingga akhirnya aku izinkan ia untuk menikah, walau masih berat tetap saja aku tak bisa paksakan kehendakku, tak lupa aku doakan dan aku beri nasehat padanya, untuk banyak berdoa, banyak belajar lagi, semoga nikah dini menjadi solusi bagi kesendiriannya... menghadapi iblis2 dunia, wanita2 yg tak berbusana, sebenarnya itu yg kutakutkan ketika dia pertama kali mintaizin untuk merantau, taku kalau dia dapat teman yg jahat, tapiternyata dia nyatakan keinginannya dengan gentel, dengan cara yang baik, dan penyampaian yg baik, memulai dengan redo, maka akan berjalan degan redo dan berkah dari Allah SWT, untuk anakku... selamat menempuh hidup baru, semoga dengan hadirnya seorang penyejuk mata di sisimu, menjadikan kau lebih berprestasi, lebih termotivasi untuk optimis menghadapi sekenario dari Allah dan keluar menjadi aktor yg mendapat award.. amin Ayahmu.. Tegar Purnomo...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar